
Gambar ilustrasi
SRAGEN,TransSATU.com — Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, tengah diterpa isu serius terkait kekosongan perangkat desa dan dugaan ketidakjelasan pengelolaan anggaran. Sejak tahun 2019, lima jabatan perangkat desa dibiarkan kosong tanpa pengisian. Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar di kalangan warga, terutama mengenai aliran dana gaji perangkat kosong dan hasil sewa tanah bengkok yang ditaksir mencapai ratusan juta rupiah hingga lebih dari Rp1 miliar.
Menurut warga, Desa Tenggak seharusnya memiliki sebelas perangkat desa aktif. Namun, setelah Kaur Perencanaan, Kaur Kesra, Kaur Pelayanan, Kaur Umum, dan penjaga desa pensiun pada 2019, posisi tersebut tak kunjung diisi.
“Yang masih aktif sekarang cuma kaur keuangan, sekdes, kadus, dan satu lagi kaur pemerintahan yang sebentar lagi juga habis masa jabatannya. Tapi sampai sekarang belum ada pengisian sama sekali,” ujar seorang warga saat ditemui Tempo Jateng, Selasa (18/11/2025).
Ia menjelaskan, meskipun masih ada dua kebayanan yang beroperasi, pelayanan pemerintahan desa menjadi pincang karena beban kerja yang menumpuk pada perangkat tersisa.
Warga kini menuntut kejelasan terkait dana yang seharusnya dialokasikan untuk menggaji perangkat desa yang kosong serta pendapatan dari sewa tanah bengkok.
“Kalau tanah bengkok disewakan Rp15 juta per tahun, berarti selama lima tahun untuk lima perangkat yang kosong saja sudah Rp375 juta. Ditambah gaji perangkat kosong selama lima tahun sekitar Rp660 juta. Totalnya bisa lebih dari satu miliar rupiah,” ungkap seorang warga.
Tak hanya itu, warga juga mengaku tidak pernah mendapat penjelasan resmi mengenai laporan Silva atau sisa lebih perhitungan anggaran desa.
“Kami tidak tahu apa-apa soal laporan Silva itu. Tidak pernah ada penjelasan di forum desa,” ujar warga lainnya.
Kekecewaan warga semakin memuncak setelah proyek pembangunan jalan yang telah dimusyawarahkan dan disepakati tiba-tiba dibatalkan tanpa alasan yang jelas. Material yang sudah didatangkan ke lokasi bahkan diangkut kembali ke toko.
Dalam pesan singkat yang masuk ke redaksi pada Sabtu (18/11) pukul 08.17 WIB, seorang warga menuliskan:
“Assalamu’alaikum, Pak. Sekiranya Desa Tenggak bisa diekspos. Ada rencana pembangunan jalan yang sebelumnya sudah dimusyawarahkan, tapi tiba-tiba dibatalkan. Material sudah datang lalu dibawa kembali ke toko. Mohon ditindaklanjuti.”
Menurut warga, pembangunan tersebut berada di timur kantor desa, merupakan jalan tembus atau jalur alternatif, dengan nilai anggaran Rp127.000.000. Proyek ini dinilai penting karena sangat dibutuhkan masyarakat setempat.
Kepala Desa Tenggak, Setyanto, melalui keterangan yang disampaikan kepada warga, membenarkan bahwa pengisian perangkat desa sebenarnya sudah diajukan beberapa kali.
“Saya sudah pernah mengajukan ke Bupati lama, Ibu Kusdinar Untung Yuni Sukowati. Tapi karena ada permasalahan, rekomendasinya sempat dicabut. Dulu sempat mau diisi, tapi ditunda,” jelasnya.
Pada tahun 2024, ia kembali mengajukan permohonan pengisian perangkat desa dan hingga kini masih menunggu persetujuan pemerintah kabupaten.
Terkait dana bengkok dan gaji perangkat kosong, Setyanto menegaskan:
“Itu semua masuk ke Silva Desa. Nantinya digunakan untuk pengisian perangkat baru.”
Pemerhati kebijakan publik Jawa Tengah, Guntur, SH, menilai klaim tersebut perlu dibuktikan dengan audit resmi.
“Kalau benar uang bengkok dan gaji dimasukkan ke Silva, itu bagus. Tapi harus dipastikan dulu uangnya benar-benar ada atau tidak. Ini bisa dilaporkan ke Inspektorat agar dilakukan audit,” tegasnya.
Warga Desa Tenggak mendesak pemerintah kabupaten turun tangan untuk memeriksa keuangan desa, memastikan transparansi, dan mempercepat pengisian perangkat desa yang kosong sejak 2019. Mereka menilai kekosongan jabatan tersebut telah mengganggu pelayanan publik dan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah desa.
Di sisi lain, warga juga masih mengenang peristiwa tragis meninggalnya salah satu perangkat desa, Aris Wijayanto (30), yang ditemukan tak bernyawa di dalam mobil Isuzu Panther miliknya di tepi Jalan Sragen–Solo, tepat di depan Unit BRI Duyungan pada 3 Januari 2021. Sosok yang dikenal ramah itu masih menyisakan duka mendalam di tengah masyarakat.(Angga)
Post a Comment